PROPOSAL
ANALISIS KIMIA TERPADU
“PEMBUATAN ASAM ASETAT (CH3COOH)
SKALA LABORATORIUM DARI TETES TEBU DAN PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT (CH3COOH)
YANG DIHASILKAN”
Disusun oleh :
1.
Agung Guritno (15717)
2.
Diah Khasanah Rachmawati (15734)
Kimia Analisis SMK N 2 Depok
Sleman
Tahun Pelajaran 2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
proposal ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak
terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan
sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga proposal ini dapat
menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, agar kedepannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi proposal agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasanetahuan maupun
pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam proposal ini. Oleh
karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan proposal ini.
Yogyakarta, Oktober 2017
Penyusun
DAFTAR ISI
Cover . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . .i
Kata pengantar. . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . ii
Daftar isi . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . .iii
Bab I (Pendahuluan)
A.
Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.
Rumusan masalah
C.
Latar belakang
D.
Tujuan penelitian
Bab II (Tinjauan Pustaka)
A.
Molase
B.
Etanol
C.
Fermentasi
D.
Bakteri yang digunakan dalam pembuatan asam asetat
E.
Asam asetat
F.
Titrasi asam-basa
Bab III (metodelogi Penelitian)
A.
Jenis penelitian
B.
Populasi dan sampel
C.
Teknik pengambilan data
D.
Analisis data
Daftar pustaka
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
MASALAH
Etanol adalah jenis utama dari alkohol yang ditemukan di minuman
beralkohol, yang dihasilkan oleh fermentasi gula oleh ragi. Memiliki rumus struktur C2H5OH. Etanol
berfungsi untuk penggunaan pelarut campuran minuman (intoxicant), sintesa bahan kimia lain, antiseptik topical etanol untuk pembasmi kuman, bahan tambahan pada bahan bakar
kendaraan bemotor, serta pelarut dalam dunia kimia.
Asam asetat merupakan salah
satu produk industri yang banyak dibutuhkan di Indonesia. Asam
asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung alkohol, yang diperoleh dari
berbagai macam bahan seperti buah buahan, kulit nanas, pulp kopi, air kelapa, dan tetes tebu. Asam asetat digunakan sebagai
bahan penyedap rasa, bahan pengawet
tradisional untuk beberapa jenis makanan, pembuatan obat-obatan (aspirin),
bahan dasar pembuatan anhidrida asam asetat yang sangat penting yang diperlukan
untuk asetilasi, sebagai bahan dasar untuk pembuatan banyak persenyawaan
lain (amil asetat, asetil klorida, dll), dibidang industri karet untuk menggumpalkan karet dan
0,3 %
asam asetat dapat mencegah pertumbuhan kapang penghasil mikotoksin.
Namun sekarang ini, produksi asam asetat dan etanol masih
jarang dan hanya diproduksi oleh pabrik-pabrik besar serta harganya cukup
mahal. Oleh karena itu, kami melakukan praktikum ini agar mengetahui cara
pembuatan etanol sampai diperoleh asam asetat untuk memenuhi kebututuhan sehari-hari dalam
segala bidang kehidupan.
B. RUMUSAN
MASALAH
Berdasarkan latar
belakang masalah di atas maka rumusan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
proses pembuatan asam asetat dari tetes tebu skala laboratorium?
2.
Bagaimana cara
menentukan kadar dalam asam asetat yang telah dibuat?
C. TUJUAN
PENELITIAN
Berdasarkan
rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian sebagai berikut:
1.
Mengetahui proses pembuatan
asam asetat dari tetes tebu skala laboratorium
2.
Mengetahui kadar asam
asetat yang telah dibuat
D. MANFAAT
PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.
Dapat memproses etanol dan asam asetat dari
tetes tebu skala laboratorium
2.
Dapat mengetahui kadar asam asetat dari etanol
yang dibuat dari tetes tebu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TETES TEBU (MOLASE)
Molase (bahasa Inggris: molasses) merupakan produk sampingan dari industri pengolahan gula
tebu atau gula bit yang masih mengandung gula
dan asam-asam organik. Molase yang hasil dari industri gula tebu
di Indonesia dikenal dengan nama tetes tebu. Kandungan sukrosa dalam
molase cukup tinggi, berkisar 48-55% sehingga dapat digunakan sebagai sumber
yang baik untuk pembuatan etanol. Molase
berbentuk cairan kental berwarna cokelat ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan
baku etanol, pembentuk asam sitrat, MSG, dan gasohl.
Tetes tebu didapatkan dari hasil pemisahan dengan
kristal gula pada pengolahan gula tebu. Proses pengolahan
diawali dengan penggilingan tebu untuk mengeluarkan nira mentah yang berbentuk
jus, setelah itu nira mentah akan memasuki proses pemurnian untuk
mendapatkan nira jernih dengan cara mengendapkan nira kotor, selanjutnya nira
jernih memasuki proses penguapan yang bertujuan untuk meningkatkan
konsentrasi sampai dengan tingkat jenuhnya. Sampai tahap ini nira kental
hasil dari proses penguapan akan melalui proses pembentukan kristal gula
melalui pemasakan, setelah kristal terbentuk dan melalui tahap pendinginan
dilakukan pemisahan menggunakan alat pemusing dan penyaring sehingga
didapatkan gula mentah dan tetes tebu.
Industri yang memanfaatkan molase diantaranya adalah
industri yang menghasilkan produk hasil penyulingan seperti rum, alkohol,
industri fermentasi seperti mononatrium glutamat, asam
sitrat, cuka, protein sel tunggal, aseton-butanol, dan gum
xanthan. Sifat molase
tidak mengandung gula yang mengkristal sehingga dapat dimanfaatkan untuk
memproduksi etanol melalui proses fermentasi.
Kandungan gizi pada
molase per 100 gram :
Kalori (kcal)
|
289
|
||||||||
Lemak
|
0,1 gram :
a.
Lemak jenuh : 0 gram
b.
Lemak tak jenuh
ganda : 0,1 gram
c.
Lemak tak jenuh
tunggal 0 gram
|
||||||||
Kolestrol
|
0 mg
|
||||||||
Natrium
|
37
mg
|
||||||||
Kalium
|
1,464
gram
|
||||||||
Karbohidrat
|
75 gram :
a.
Serat pangan
: 0 mg
b.
Gula : 75
gram
|
||||||||
Vitamin
|
|
B. ETANOL
Etanol adalah jenis utama dari alkohol yang ditemukan di minuman beralkohol,
yang dihasilkan oleh fermentasi gula oleh ragi. Etanol biasa disebut alkohol
atau spiritus dan disebut juga etil alkohol dan minuman beralkohol. Memiliki rumus struktur
CH3CH2OH. Sering disingkat C2H5OH,
C2H6O, atau EtOH.
Etanol memiliki sifat-sifat antara lain:
a.
Sifat
Fisik Etanol
Etanol adalah cairan tidak berwarna
yang mudah menguap dan sedikit berbau. Etanol terbakar dengan api biru tanpa
asap yang tidak selalu terlihat dalam cahaya normal. Sifat fisik etanol berasal
dari kelompok hidroksil. Gugus hidroksil etanol dapat ikut dalam ikatan
hidrogen.
b.
Sifat Pelarut Eranol
Etanol adalah pelarut serbaguna
karena dapat larut dengan air dan dengan banyak jenis pelarut organik termasuk
asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter,
etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridin, dan toluena. Etanol juga dapat
larut dengan hidrokarbon alifatik ringan seperti pentana dan heksana serta
dengan klorida alifatik seperti trikloroetan dan tetrakloroetil.
c.
Sifat Mudah Terbakar Etanol
40% larutan
etanol dalam air akan terbakar jika dipanaskan sampai sekitar 26°C. Titik nyala
etanol murni adalah 16,60°C, kurang dari rata-rata suhu kamar. Minuman
beralkohol yang memiliki konsentrasi etanol rendah dapat terbakar jika terkena
api atau percikan listrik. Titik nyala anggur biasa yang mengandung 12,5%
etanol adalah sekitar 52 °C. Efek wajan yang terbakar pada saat koki memasak
disebut Flambé.
Etanol
berfungsi untuk:
a.
Penggunaan pelarut campuran minuman
(intoxicant)
b.
Sintesa bahan kimia lain
c.
Antiseptik topical etanol boleh
digunakan sebagai pembasmi kuman (70% hingga 85% etanol).
d.
Penggunaan etanol terbesar adalah
sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, bahan bakar roket, pesawat, pembangkit
listrik, dan lain-lain. Bahan bakar etanol tidak menimbulkan asap sehingga
dapat digunakan untuk membuat tungku penghangat di dalam ruangan. Etanol juga
menghasilkan sedikit karbon dioksida dan menggunakan sedikit oksigen.
e.
Etanol telah digunakan secara luas
sebagai pelarut zat aroma, perasa, pewarna, dan obat-obatan. Dalam kimia,
etanol menjadi pelarut dan bahan baku untuk melakukan sintesis.
f.
Etanol juga digunakan sebagai
antiseptik dan sabun cuci tangan antibakteri karena dapat membunuh organisme
mikro dengan cara memisahkan lemak dan proteinnya. Antiseptik ini efektif untuk
membunuh sebagian besar bakteri, jamur, dan beberapa jenis virus. Namun tidak
efektif untuk memusnahkan spora bakteri.
Keuntungan Etanol
Pada umumnya
alkohol ditambahkan dalam bensin sebanyak 10% atau dikenal dengan E10. Maksud
penambahan pada mulanya untuk mengurangi emisi gas CO dan sedikit meningkatkan
nilai oktan. Angka oktan yang tinggi secara langsung akan meningkatkan
efisiensi kerja mesin modern. Keuntungan lain penggunaan ethanol sebagai bahan
bakar adalah rendahnya emisi gas berbahaya hasil pembakaran daripada pembakaran
buang bensin.
C. FERMENTASI
Fermentasi merupakan perubahan kimia dalam bahan
pangan yangdisebabkan oleh enzim. Enzim
yang berperan dapat dihasilkan oleh mikroorganisme atau enzim yang telah ada
dalam bahan pangan (Buckle, K. A., 1985).
Fermentasi merupakan suatu proses pemecahan
karbohidrat dan asam amino secara
anaerobik, yaitu tanpa melibatkan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi
adalah karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi oleh
beberapa jenis bakteri saja (Fardiaz, 1984).
Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi suatu bahan
pangan yang berkualitas
rendah serta berfungsi dalam pengawetan bahan pangan dan merupakan suatu cara
untuk menghilangkan zat antinutrisi atau racun yang terkandung dalam suatu
bahan pangan. (Satiawihardja, 1992).
Dalam pengolahan asam asetat, terjadi 2 kali
fermentasi yaitu :
a.
Fermentasi pembentukan
alkohol dengan yeast Saccharomyces
cerevisiae. Pada
fermentasi ini terjadi perombakan glukosa menjadi alkohol dan gas CO2 dengan reaksi
sebagai berikut :
n C6H12O6
2C2H5OH
+ 2CO2
(n
glukosa) (etanol + karbondioksida)
Reaksi
yang terjadi pada fermentasi ini yaitu secara anaerob..Etanol yang diperoleh maksimal
hanya sekitar 15%. Untuk memperoleh etanol 95%
dilakukan prosses destilasi (Rizka, 2013).
b. Fermentasi
perubahan alkohol menjadi asam asetat oleh Acetobacter
aceti. Reaksi
pembentukan asam asetat dituliskan sebagai berikut :
2C2H5OH
2CH3COOH + 2H2O+
116 kal
(etanol) (asam asetat + air +
kalori) (Rizka, 2013).
D. BAKTERI
YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN ASAM ASETAT
Dalam pengolahan vinegar,
terjadi 2 kali fermentasi yaitu, fermentasi pembentukan alkohol
dengan yeast Saccharomyces cerevisiae
dan fermentasi perubahan
alkohol menjadi asam asetat dan air dengan bakteri Acetobacter aceti.
a.
Saccharomyces
cerevisiae
Saccharomyces
cerevisiae merupakan khamir sejati yang tergolong
eukariot yang
secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau
bulat telur yang dipengaruhi oleh adanya strainnya. Khamir dapat berkembang biak
dalam gula sederhana, seperti glukosa maupun gula kompleks disakarida
yaitu sukrosa . (Marx, 1991).
Selain itu untuk menunjang kebutuhan
hidup diperlukan oksigen, karbohidrat
dan nitrogen.Pada uji fermentasi, gula-gula mempunyai reaksi positif pada gula dekstrosa,
galaktosa, sukrosa, maltose, rafinosa, trehalosa dan negative pada gula laktosa (Marx, 1991).
Saccharomyces cerevisiae
adalah salah satu bakteri yang digunakan dalam proses pembuatan vinegar,
dimana bakteri ini berperan mengubah glukosa menjadi alkohol. Saccharomyces
cerevisiae dapat bertunas sehingga membentuk
rantai sel yang menyerupai
hifa atau hifa semu. Saccharomyces
cerevisiae dapat berkembang biak
secara seksual dan aseksual (Marx, 1991).
b.
Acetobacter
aceti
Acetobacter aceti
adalah bakteri yang digunakan dalam fermentasi tahap ke-2
pada proses pembuatan vinegar, dimana
bakteri ini berfungsi untuk merubah alkohol
menjadi asam asetat. Acetobacter
adalah sebuah genus bakteri asam asetat yang
ditandai dengan kemampuan untuk mengubah etanol menjadi asam asetat dengan adanya oksigen. Ada beberapa spesies dalam genus ini,
tetapi semua Acetobacter dikenal
dengan kemampuan yang khas (Philip G.O dan William P.A., 2000).
Acetobacter
aceti memiliki ciri-ciribentuk sel bulat
memanjang, respirasi aerobik,
dapat tumbuh sampai suhu 30oC, serta mampu menghasilkan asam asetat. Acetobacter
aceti merupakan gram negatif untuk kultur yang masih muda, gram positif untuk
kultur yang sudah tua, obligat aerobik, membentuk batang dalam medium asam,
sedangkan dalam medium alkali berbentuk oval, bersifat non mortal dan tidak
membentuk spora, tidak mampu mencairkan gelatin, tidak memproduksi H2S,
tidak mereduksi nitrat dan thermal death point pada suhu 65-70°C. Biasanya ukuran 0,6-0,8
x 1,0-4,0 μm. Acetobacter terdapat
dibeberapa buah
seperti anggur dan buah-buah yang telah membusuk. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa genus
Acetobacter mampu diisolasi dari
suspensi campuran berupa
buah cherry, apel, kurma, palm, kelapa, beberapa bunga dan masih berpotensi pada
bahan-bahan yang lain (Waluyo, 1984).
Pada fermentasi alkohol diperlukan mikroba yang
dapat memecah gula, sehingga
proses fermentasi dapat berlangsung. Setelah alkohol terbentuk, alokohol tersebut akan
dioksidasi oleh Acetobacter dan
menjadi asam asetat. Proses
perubahan alkohol menjadi asam asetat di sebut sebagai proses asetifikasi (Waluyo, 1984).
E.
ASAM ASETAT
Asam asetat merupakan salah satu produk industri
yang banyak dibutuhkan di
Indonesia. Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung alkohol, yang diperoleh dari
berbagai macam bahan seperti buah buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan air kelapa.
Hasil dari fermentasi asam asetat sering disebut sebagai vinegar
yang berarti sour wine. Vinegar
berasal dari bahasa Perancis, vindiger (vin=wine, digger=sour). Pada saat ini
cuka atau vinegar dibuat dari bahan
kaya gula
seperti buah anggur apel, nira kelapa, malt, gula sendiri seperti sukrosa dan glukosa, dimana
pembuatannya melibatkan proses fermentasi alokohol dan fermentasi asetat
secara berimbang. Komposisi vinegar
tergantung dari bahan baku,
proses fermentasi menjadi alkohol dan fermentasi alkohol menjadi asam cuka, pengeraman, serta
penyimpanan. Asam cuka mengandung 4 gram vinegar dalam 100 ml, pada suhu
20oC. Dalam proses fermentasi asetat memerlukan pembiakan murni Acetobacter yang disebut juga dengan
starter (Tjokroadikoesoemo, 1993).
Asam asetat adalah senyawa berbentuk cairan, tidak berwarna, mempunyai bau
yang menyengat dan memiliki rasa asam yang tajam sekali. Berat jenis asam asetat
adalah 1,049 kjg/liter, sedangkan titik didihnya pada tekanan 1 atmosfer adalah
118,10C.Bahan ini larut di dalam air, alkohol, gliserol dan eter, tetapi asam cuka
tidak larut dalam karbon disulfida.Suhu perapian asam asetat adalah 4270C dan
meledak pada batas terendah (explosion limits) sebesar kurang dari 4% volume
udara (Puturau, 1982).
Asam asetat
dapat dihasilkan dari senyawa C2H5OH (etanol) atau buah buahan yang mengandung
senyawa tersebut melalui proses oksidasi biologis yang menggunakan
mikroorganisme (Tjokroadikoesoemo, 1993).
Asam asetat digunakan untuk keperluan rumah tangga,
industri dan kesehatan,
seperti sebagai bahan penyedap rasa, bahan pengawet untuk beberapa jenis makanan dan
merupakan pengawet makanan secara tradisional, pembuatan obat-obatan (aspirin),
bahan dasar pembuatan anhidrida asam asetat yang sangat penting yang diperlukan
untuk asetilasi, sebagai bahan dasar untuk pembuatan banyak persenyawaan
lain (amil asetat, asetil klorida,dll), dibidang industri karet untuk menggumpalkan karet dan
0,3 %
asam asetat dapat mencegah pertumbuhan kapang penghasil mikotoksin. (Tjokroadikoesoemo, 1993).
Sifat Fisika Asam Asetat
Sifat fisika dari asam asetat adalah berbentuk
cairan jernih, tidak berwarna, berbau
menyengat, pH asam, memiliki rasa masam yang sangat tajam, mempunyai titik beku
16,6oC, titik didih 118,1oC dan larut dalam air, alkohol
dan eter.
Asam asetat dibuat dengan fermentasi alkohol oleh bakteri Acetobacter aceti. Asam
asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH dengan bobot molekul 60,05 (Depkes RI, 1995).
Sifat Kimia Asam Asetat
Sifat kimia yang dimiliki asam asetat adalah menguap
di udara terbuka, mudah
terbakar, dan dapat menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat jika direaksikan dengan
karbonat akan menghasilkan karbondioksida. Penetapan kadar asam asetatnya biasanya
menggunakan basa natrium hidroksida, dimana 1 ml natrium hidroksida 1N
setara dengan 60,05 mg CH3COOH (Depkes RI, 1995).
F.
TITRASI ASAM BASA
Titrasi adalah
poses mengukur volme larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke
dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna.
Titrasi ini diterapkan untuk memperoleh peraksi atau larutan yang
konsentrasinya yang tidak dapat dipastiakan dari proses pembuatannya secara
langsung dari zat padatnya.(Anugroho, 2009).
Asidimetri adalah
pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa,
sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan
larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi
asam-basa. Titik dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk
bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik
ekivalen. Titik ini sering
itandai dengan perubahan warna senyawa yang disebut indikator. (Anugroho, 2009).
Dalam stoikiometri
titrasi, titik ekivalen
dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya
setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu
larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan
dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal
basa) yang terdapat di dalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak,
kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat
terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator
warnanya berubah disebut titik akhir. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen
disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah kesalahan
acak yang berbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan
determinan dan nilainya dapat
dihitung dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol (Anugroho, 2009).
·
Penentuan
kadar NaOH
Pada penentuan kadar NaOH larutan yang digunakan
sebagai larutan baku primer adalah H2C2O4. 2H2O
(asam oksalat dihidrat).
Asam oksalat adalah zat padat , halus, putih, larut baik dalam air. Asam
oksalat adalah asam divalent dan pada titrasinya selalu sampai terbentuk garam
normalnya. berat ekivalen asam oksalat adalah 63(Anugroho, 2009).
Larutan baku
sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya harus ditentukan dengan cara
titrasi terhadap larutan baku primer. Pada percobaan kali ini larutan yang
digunakan sebagai larutan baku sekundere adalah NaOH. Larutan NaOH tergolong
dalam larutan baku sekunder yang bersifat basa. Natrium hidroksida (NaOH), juga
dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium
hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air.
Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet,
serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH bersifat lembab cair dan
secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam
air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan(Anugroho, 2009).
Indikator asam basa
sebagai zat penunjuk derajat keasaman kelarutan adalah senyawa organik dengan
struktur rumit yang berubah warnanya bila pH larutan berubah. Indikator dapat
pula digunakan untuk menetapkan pH dari suatu larutan. Indikator merupakan asam
lemah atau basa lemah yang memiliki warna cukup tajam, hanya dengan beberapa
tetes larutan encer-encernya, indikator dapat digunakan untuk menetapkan titik
ekivalen dalam titrasi asam basa ataupun untuk menentukan tingkat keasaman
larutan. Pada percobaan kali ini indikator yang akan digunakan adalah indikator
phenolphtalein atau sering disebut dengan indikator PP. Indikator PP memiliki
warna asam tak berwarna, rentang pH perubahan warna antara 8,3 –
10,0 dan warna basa merah(Anugroho, 2009).
C2H2O4 (aq)
+ 2 NaOH(aq) –> Na2C2O4 (Aq)+ H2O(l)
·
Penentuan kadar asam
asetat
Penentuan kadar CH3COOH cara alkalimetri ini menggunakan larutan NaOH
sebagai larutan standar basa atau titrasi basa. Pada titrasi asam asetat dengan
NaOH sebagai larutan standar akan dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah
dan basa kuat menggunakan indikator PP, dengan persamaan sebagai berikut:
NaOH
(aq) + CH3COOH (aq) → CH3COONa (aq) + H2O (l)
BAB III
METODELOGI
PENELITIAN
A. JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah
eksperimen penentuan kadar CH3COOH dari pembuatan
asam asetat skala laboratorium dari tetes tebu.
B. POPULASI DAN
SAMPEL
Sampel yang digunakan adalah tetes tebu yang diperoleh dari daerah Bantul, Yogyakarta dengan pembelian dalam jumlah literan tanpa merk karena
melimpahnya tetes tebu disana.
Hari
Tanggal
C.
TEKNIK PENGAMBILAN DATA
Teknik
pengambilan data yang diambil sebagai berikut :
a.
Alat dan Bahan
No
|
Nama Alat
|
Ukuran
|
Spesifikasi
|
Jumlah
|
1
|
Gelas kimia
|
100 mL
|
Grade B
|
Satu buah
|
2
|
Gelas kimia
|
250 mL
|
Grade B
|
Satu buah
|
3
|
Gelas kimia
|
500 mL
|
Grade B
|
Satu buah
|
4
|
Termometer
|
-
|
Grade B
|
Satu buah
|
5
|
Botol plastik bekas
|
600 mL
|
Baik
|
Satu buah
|
6
|
Botol fermentasi
|
1500 mL
|
Baik
|
Satu buah
|
7
|
Selang
|
40 cm
|
Baik
|
Dua buah
|
8
|
Penyumbat lubang 2
|
-
|
Baik
|
Satu buah
|
9
|
Batang pengaduk
|
-
|
Baik
|
Satu buah
|
10
|
Spatula
|
-
|
Baik
|
Satu buah
|
11
|
Plastik
|
kemasan 300 gram
|
Baik
|
Tiga buah
|
12
|
Karet gelang
|
-
|
Baik
|
Tiga buah
|
13
|
Sedotan
|
-
|
Baik
|
Dua buah
|
14
|
Labu destilasi
|
... mL
|
Baik
|
Satu buah
|
15
|
Pendingin liebig
|
-
|
Baik
|
Satu buah
|
16
|
Neraca analitik digital
|
-
|
Baik
|
Satu buah
|
17
|
Gelas arloji
|
|
Baik
|
Empat buah
|
18
|
Labu ukur
|
100 mL
|
Baik
|
Satu buah
|
19
|
Labu ukur
|
200 mL
|
Baik
|
Satu buah
|
20
|
Erlenmeyer
|
300 mL
|
Baik
|
Satu buah
|
21
|
Corong
|
-
|
Baik
|
Satu buah
|
22
|
Pipet volum
|
15
mL
|
Baik
|
Empat buah
|
23
|
Buret
|
50 mL
|
Baik
|
Satu buah
|
24
|
Klem
|
-
|
Baik
|
Satu buah
|
25
|
Statif
|
-
|
Baik
|
Satu buah
|
26
|
Pipet tetes
|
-
|
Baik
|
Empat buah
|
No
|
Nama bahan
|
Spesifikasi
|
Konsentrasi
|
Jumlah
|
1
|
Tetes
tebu
|
Lokal
|
-
|
175
mL
|
2
|
Akuades
|
Lokal
|
-
|
325
mL
|
3
|
Fermipan
|
Lokal
|
-
|
½
bungkus
|
4
|
Air
hangat
|
Lokal
|
-
|
Secukupnya
|
5
|
NPK
|
Lokal
|
-
|
1
gram
|
6
|
Urea
|
Lokal
|
-
|
5
gram
|
7
|
Acetobacter acetii
|
p.a
|
-
|
10%
dari jumlah etanol yang terbentuk
|
8
|
NaOH
|
p.a
|
|
0,4
gram
|
9
|
C2H5O4. 2H2O
|
p.a
|
|
0,2
gram
|
10
|
Indikator
PP
|
-
|
-
|
Satu buah
|
b.
Preparasi bahan
·
Menyiapkan tetes tebu sebanyak 87,5 mL yang
berasal dari daerah Bantul, Yogyakarta.
·
Menimbang 0,4 gram NaOH p.a
·
Menimbang 200 mg
asam oksalat dihidrat
c.
Proses pembuatan etanol
·
Menyiapkan tetes tebu sebanyak 87,5 mL lalu dicapur dengan akuades 162,5 mL lalu diaduk
hingga homogen.
·
Membuat biakan
fermipan
Air
hangat 50 mL ditambahkan dengan 1/2 bungkus fermipan lalu diaduk sampai homogen
dan didiamkan sampai mengembang
·
Menyiapkan reaktor
Menyiapkan botol bekas air mineral 600 mL, mengisi dengan
air sampai 3/4 bagian lalu menutup botol belas dengan plastik, diberi karet
agar tidak lepas lalu mencoblos plastik dengan selang yang sudah disambungkan
dengan reaktor, serta sedotan yang mengambang diantara larutan dan plastik
·
Memfermentasi tetes tebu
Menuang larutan tetes
tebu ke dalam reaktor lalu menambahkan akuades 162,5 mL, menambahkan NPK 1 gram
dan Urea 5 gram, memasukkan biakan fermipan lalu dikocok sampai homogen.
·
Mendiamkan sampai selang dalam botol mengeluarkan gelembung
CO2 dan mengamati berapa lama reaksi berlangsung (± 1 minggu)
d.
Pemurnian etanol
·
Merangkai seperangkat alat
destilasi
·
Menuang alkohol hasil fermentasi
ke dalam labu destilasi
·
Mendestilasi alkohol hasil
fermentasi dengan seperangkat alat destilasi pada suhu dibawah titik didih
etanol 80oC
·
Menampung etanol yang dihasilkan
dalam erlenmeyer lalu disimpan dalam wadah yang ditutup rapat
e.
Pembuatan asam asetat
Menambahkan
10% Acetobacter acetii dari volume total alkohol yang terbentuk, mendiamkan
selama 1 minggu.
f.
Standarisasi NaOH
·
Menimbang 0,4 gram NaOH dalam gelas arloji, memasukkan ke
dalam labu ukur 200 mL dan dipepatkan sampai tanda batas
·
Menimbang 200 mg asam oksalat dihidrat dan dilarutkan
dengan akuades dalam labu ukur 100 mL sampai volume tepat tanda
·
Memipet 15 mL larutam asam oksalat, dimasukkan erlenmeyer
dan ditambah 2 tetes indikator PP, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH
sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda
·
Titrasi diulangi 2-3 kali
·
Menghitung NaOH hasil standarisasi
g.
Analisis penentuan
kadar CH3COOH dalam asam asetat
· Diambil 10 mL asam asetat, dipepatkan sampai 200 mL menggunakan akuades
dalam labu ukur, digojok sampai homogen
· Memipet asam asetat sebanyak 5 mL lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer
· Ditambah 2 tetes indikator PP
· Menitrasi dengan larutan NaOH 0,05 N yang sudah distandarisasi sebelumnya
sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda
· Mengulangi titrasi 2-3 kali.
D. ANALISIS DATA
Perhitungan nomalitas NaOH
VNaOH . N NaOH =
V asam oksalat . N asam oksalat
Perhitungan kesalahan relatif
|
% kadar CH3COOH =
|
DAFTAR PUSTAKA
Buckle, K.A,. 1985. Dalam Jurnal Endang
Kwartiningsih 2005 “Fermentasi Sari Buah Nanas Menjadi Vinegar”.
Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Kimia.UNS.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia,
Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Fardiaz, Winarno. 1984.Biofermentasi dan
Biosintesa Protein. Angkasa.Bandung.
Marx, Jean, L. 1991. Revolusi Bioteknologi.
Terjemahan : Wilder Yahm. Edisi I. Cetakan I. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Philip, G .O and Williams, P. A. 2000. Handbook
of Hydrocolloids. Cambridge. Woodhead Publishing Limited.
Puturau. 1982. Dalam Jurnal Sir Ossiris 2009 “Dasar-dasar
Fermentasi. ITPUB. Malang.
Rizka. 2013. Macam-macam Asam Asetat
Berdasarkan Metode Fermentasinya. www. wordpress.com. Diakses : 14 Agustus
2014.
Satiawihardja, I. 1992. Dasar Fermentasi.
Laboratorium Mikrobiologi dan Teknologi Fermentasi.Jurusan Teknik Kimia ITB.
Bandung.
Tjokroadikoesoemo, P.S. 1993. HFS (High
Fructose Syrup) dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT Gramedia Pustaka
Utama. Jakarta. Waluyo, S. 1984. Beberapa Aspek Tentang Pengolahan Vinegar.
Dewa Ruci Press. Jakarta.
https://www.academia.edu/21748505/MAKALAH_KIMIA_INDUSTRI_ETANOL_ALKOHOL_Oleh_Kelompok_3_Tiga?auto=download Diakses pada
tanggal 17 Oktober 2017 jam 12:11 AM
https://media.neliti.com/media/publications/101022-ID-produksi-etanol-dari-tetes-tebu-oleh-sac.pdf Diakses pada tanggal 11 Oktober 2017 jam 1:59
PM
https://www.academia.edu/11644476/Penentuan_Kadar_Asam_Asetat_dalam_Cuka_Makan_titrasi_asam_basa_
Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017 jam 12:36 PM
https://superakhwat08.wordpress.com/2011/04/23/menetapkan-kadar-asam-asetat-cuka-ch3cooh-dengan-naoh-0-1-n/
Diakses pada tanggal 27 Oktober jam 12:36 PM
(Anugroho,2009 standarisasi-larutan-naoh)
http://jawigo.blogspot.co.id/2009/12/standarisasi-larutan-naoh.html Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017 jam
12:27 PM
https://id.wikipedia.org/wiki/Alkalimetri
Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017 jam 12:20 PM
https://laporan-kimia-analisis.blogspot.co.id/2011/06/laporan-resmi-praktikum-alkalimetri.html Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017 jam
12:20 PM 12:13 PM
http://intanmilasary.blogspot.co.id/2015/12/praktikum-kimia-dasar-titrasi-naoh.html Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017 jam
12:03 PM
http://fitriisusan.blogspot.co.id/2011/04/pembuatan-asam-asetat-dengan-proses.html Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017 jam
13:40 PM
http://www.stembayo.or.id/
Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017 jam 11:29 PM
BAB IV
HASIL PENELITIAN
DAN PEMBAHASAN
A. KADAR
B. AROMA
Berdasarkan pada saat praktikum menunjukkan tidak
adanya pengaruh pada lama fermentasi,
konsentrasi inokulum Acetobacter aceti, dan interaksi dari keduanya terhadap warna yang dihasilkan
oleh vinegar tetes tebu. Menurut Kumalaningsih (2006), bahwa senyawa antosianin dalam asam asetat paa suasana
asam,tampak merah, saat pH meningkat menjadi lebih biru. Menurut Mudanifah
(2007),produksi hasil fermentasi akan berpengaruh terhadap kestabilan
antosianin,sebab antosianin bersifat lebih stabil pada pH 1 sampai 4.
Antosianin dalam medium cair berada
dalam keseimbangan antara empat bentuk utama antosianin yang masing-masing berbeda struktur dan
penampakan warnanya pada larutan dan sangat
tergantung pada pH. Bentuk kation (ion flavilium) yang berwarna merah adalah bentuk yang paling stabil
dan dominan pada pH rendah.Karenna itulah warna asam
asetat yang kami hasilkan berwarna merah kecoklatan
C. WARNA
Menurut Kumalaningsih (2006), bahwa senyawa antosianin dalam asam asetat pada suasana asam,tampak merah, saat pH meningkat
menjadi lebih biru. Menurut Mudanifah (2007),produksi hasil fermentasi akan
berpengaruh terhadap kestabilan antosianin,sebab antosianin bersifat lebih
stabil pada pH 1 sampai 4. Antosianin dalam medium cair berada dalam keseimbangan antara empat
bentuk utama antosianin yang
masing-masing berbeda struktur dan penampakan warnanya pada larutan dan sangat tergantung pada pH. Bentuk
kation (ion flavilium) yang
berwarna merah adalah bentuk yang paling stabil dan dominan pada pH rendah.Itulah yang menyebabkan warna asam asetat yang kami
hasilkan berwarna merah kecoklatan karena berada pada pH rendah
BAB V
KESIMPULAN DAN
SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
a. Konsentrasi
inokulum Acetobacter aceti yang ditambahkan berpengaruh terhadap kadar asam
asetat, serta tidak berpengaruh terhadap warna, aroma, dan rasa
dari vinegar tetes tebu.
b. Lama
fermentasi berpengaruh terhadap kadar asam asetat, kadar alkohol, rasa vinegar ttes tebu,
serta tidak berpengaruh terhadap warna, dan aroma dari vinegar tetes tebu.
c. Interaksi
konsentrasi inokulum Acetobacter aceti dan lama fermentasi berpengaruh terhadap
kadar asam asetat, kadar alkohol dari vinegar tetes tebu, tetapi tidak berpengaruh
terhadap warna, aroma, dan rasa vinegar tetes tebu.
B. SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat
dikemukakan saran sebagai
berikut :
a. Perlu
dilakukan proses fermentasi dengan menggunakan fermentor dengan adanya agitasi selama
fermentasi berlangsung sehingga asam asetat yang dihasilkannya pun lebih
baik.
b. Perlu
dilakukan pengujian lanjut terhadap cemaran mikroba dan logam pada vinegar tetes tebu agar
produk lebih aman lagi bila akan
digunakan untuk konsumsi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar