Rabu, 25 Juli 2018

PROPOSAL PEMBUATAN ASAM ASETAT (CH3COOH) SKALA LABORATORIUM DARI TETES TEBU DAN PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT (CH3COOH) YANG DIHASILKAN


PROPOSAL ANALISIS KIMIA TERPADU
“PEMBUATAN ASAM ASETAT (CH3COOH) SKALA LABORATORIUM DARI TETES TEBU DAN PENENTUAN KADAR ASAM ASETAT (CH3COOH) YANG DIHASILKAN”




Disusun oleh :
1.   Agung Guritno                              (15717)
2.   Diah Khasanah Rachmawati       (15734)


Kimia Analisis SMK N 2 Depok Sleman
Tahun Pelajaran 2017/2018






KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga proposal ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Harapan kami semoga proposal ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, agar kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi proposal agar menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasanetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan dalam proposal ini. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan proposal ini.


Yogyakarta, Oktober 2017

Penyusun















DAFTAR ISI
Cover . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .i
Kata pengantar. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . ii
Daftar isi . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .iii
Bab I (Pendahuluan)
A.    Latar belakang . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .
B.     Rumusan masalah
C.     Latar belakang
D.    Tujuan penelitian
Bab II (Tinjauan Pustaka)
A.    Molase
B.     Etanol
C.     Fermentasi
D.    Bakteri yang digunakan dalam pembuatan asam asetat
E.     Asam asetat
F.      Titrasi asam-basa
Bab III (metodelogi Penelitian)
A.    Jenis penelitian
B.     Populasi dan sampel
C.     Teknik pengambilan data
D.    Analisis data
Daftar pustaka







BAB I
PENDAHULUAN
A.   LATAR BELAKANG MASALAH
Etanol adalah jenis utama dari alkohol yang ditemukan di minuman beralkohol, yang dihasilkan oleh fermentasi gula oleh ragi. Memiliki rumus struktur C2H5OH. Etanol berfungsi untuk penggunaan pelarut campuran minuman (intoxicant), sintesa bahan kimia lain, antiseptik topical etanol untuk pembasmi kuman, bahan tambahan pada bahan bakar kendaraan bemotor, serta pelarut dalam dunia kimia.
Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan di Indonesia. Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung alkohol, yang diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah buahan, kulit nanas, pulp kopi, air kelapa, dan tetes tebu. Asam asetat digunakan sebagai bahan penyedap rasa, bahan pengawet tradisional untuk beberapa jenis makanan, pembuatan obat-obatan (aspirin), bahan dasar pembuatan anhidrida asam asetat yang sangat penting yang diperlukan untuk asetilasi, sebagai bahan dasar untuk pembuatan banyak persenyawaan lain (amil asetat, asetil klorida, dll), dibidang industri karet untuk menggumpalkan karet dan 0,3 % asam asetat dapat mencegah pertumbuhan kapang penghasil mikotoksin.
Namun sekarang ini, produksi asam asetat dan etanol masih jarang dan hanya diproduksi oleh pabrik-pabrik besar serta harganya cukup mahal. Oleh karena itu, kami melakukan praktikum ini agar mengetahui cara pembuatan etanol sampai diperoleh asam asetat  untuk memenuhi kebututuhan sehari-hari dalam segala bidang kehidupan.
B.   RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan masalah sebagai berikut:
1.      Bagaimana proses pembuatan asam asetat dari tetes tebu skala laboratorium?
2.      Bagaimana cara menentukan kadar dalam asam asetat yang telah dibuat?

C.   TUJUAN PENELITIAN
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian sebagai berikut:
1.         Mengetahui proses pembuatan asam asetat dari tetes tebu skala laboratorium
2.         Mengetahui kadar asam asetat yang telah dibuat

D.   MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1.      Dapat memproses etanol dan asam asetat dari tetes tebu skala laboratorium
2.      Dapat mengetahui kadar asam asetat dari etanol yang dibuat dari tetes tebu


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.   TETES TEBU (MOLASE)

Molase (bahasa Inggris: molasses) merupakan produk sampingan dari industri pengolahan gula tebu  atau gula bit yang masih mengandung gula dan asam-asam organik. Molase yang hasil dari industri gula tebu di Indonesia dikenal dengan nama tetes tebu. Kandungan sukrosa dalam molase cukup tinggi, berkisar 48-55% sehingga dapat digunakan sebagai sumber yang baik untuk pembuatan etanol. Molase berbentuk cairan kental berwarna cokelat ini dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku etanol, pembentuk asam sitrat, MSG, dan gasohl.
Tetes tebu didapatkan dari hasil pemisahan dengan kristal gula pada pengolahan gula tebu. Proses pengolahan diawali dengan penggilingan tebu untuk mengeluarkan nira mentah yang berbentuk jus, setelah itu nira mentah akan memasuki proses pemurnian untuk mendapatkan nira jernih dengan cara mengendapkan nira kotor, selanjutnya nira jernih memasuki proses penguapan yang bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi sampai dengan tingkat jenuhnya. Sampai tahap ini nira kental hasil dari proses penguapan akan melalui proses pembentukan kristal gula melalui pemasakan, setelah kristal terbentuk dan melalui tahap pendinginan dilakukan pemisahan menggunakan alat pemusing dan penyaring sehingga didapatkan gula mentah dan tetes tebu.
Industri yang memanfaatkan molase diantaranya adalah industri yang menghasilkan produk hasil penyulingan seperti rum, alkohol, industri fermentasi seperti mononatrium glutamat, asam sitrat, cuka, protein sel tunggal, aseton-butanol, dan gum xanthan. Sifat molase tidak mengandung gula yang mengkristal sehingga dapat dimanfaatkan untuk memproduksi etanol melalui proses fermentasi.
Kandungan gizi pada molase per 100 gram :
Kalori (kcal)
289  
Lemak
0,1 gram :
a.         Lemak jenuh : 0 gram
b.        Lemak tak jenuh ganda : 0,1 gram
c.         Lemak tak jenuh tunggal 0 gram
Kolestrol
0 mg
Natrium
37 mg
Kalium
1,464 gram
Karbohidrat
75 gram :
a.         Serat pangan : 0 mg
b.        Gula : 75 gram
Vitamin
Vitamin A = 0 IU
Vitamin C = 0 mg
Kalsium = 205 mg
Zat besi = 4,7 mg
Vitamin D = 0 IU
Vitamin B6 = 0,7 mg
Vitamin B12 = 0  Âµg
Magnesium = 242 mg

B.   ETANOL
Etanol adalah jenis utama dari alkohol yang ditemukan di minuman beralkohol, yang dihasilkan oleh fermentasi gula oleh ragi. Etanol biasa disebut alkohol atau spiritus dan disebut juga etil alkohol dan minuman beralkohol. Memiliki rumus struktur CH3CH2OH. Sering disingkat C2H5OH, C2H6O, atau EtOH.
Etanol memiliki sifat-sifat antara lain:
a.          Sifat Fisik Etanol
Etanol adalah cairan tidak berwarna yang mudah menguap dan sedikit berbau. Etanol terbakar dengan api biru tanpa asap yang tidak selalu terlihat dalam cahaya normal. Sifat fisik etanol berasal dari kelompok hidroksil. Gugus hidroksil etanol dapat ikut dalam ikatan hidrogen.

b.          Sifat Pelarut Eranol
Etanol adalah pelarut serbaguna karena dapat larut dengan air dan dengan banyak jenis pelarut organik termasuk asam asetat, aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietil eter, etilena glikol, gliserol, nitrometana, piridin, dan toluena. Etanol juga dapat larut dengan hidrokarbon alifatik ringan seperti pentana dan heksana serta dengan klorida alifatik seperti trikloroetan dan tetrakloroetil.

c.          Sifat Mudah Terbakar Etanol
40% larutan etanol dalam air akan terbakar jika dipanaskan sampai sekitar 26°C. Titik nyala etanol murni adalah 16,60°C, kurang dari rata-rata suhu kamar. Minuman beralkohol yang memiliki konsentrasi etanol rendah dapat terbakar jika terkena api atau percikan listrik. Titik nyala anggur biasa yang mengandung 12,5% etanol adalah sekitar 52 °C. Efek wajan yang terbakar pada saat koki memasak disebut Flambé.
Etanol berfungsi untuk:
a.         Penggunaan pelarut campuran minuman (intoxicant)
b.         Sintesa bahan kimia lain
c.         Antiseptik topical etanol boleh digunakan sebagai pembasmi kuman (70% hingga 85% etanol).
d.        Penggunaan etanol terbesar adalah sebagai bahan bakar kendaraan bermotor, bahan bakar roket, pesawat, pembangkit listrik, dan lain-lain. Bahan bakar etanol tidak menimbulkan asap sehingga dapat digunakan untuk membuat tungku penghangat di dalam ruangan. Etanol juga menghasilkan sedikit karbon dioksida dan menggunakan sedikit oksigen.
e.         Etanol telah digunakan secara luas sebagai pelarut zat aroma, perasa, pewarna, dan obat-obatan. Dalam kimia, etanol menjadi pelarut dan bahan baku untuk melakukan sintesis.
f.          Etanol juga digunakan sebagai antiseptik dan sabun cuci tangan antibakteri karena dapat membunuh organisme mikro dengan cara memisahkan lemak dan proteinnya. Antiseptik ini efektif untuk membunuh sebagian besar bakteri, jamur, dan beberapa jenis virus. Namun tidak efektif untuk memusnahkan spora bakteri.
Keuntungan Etanol
            Pada umumnya alkohol ditambahkan dalam bensin sebanyak 10% atau dikenal dengan E10. Maksud penambahan pada mulanya untuk mengurangi emisi gas CO dan sedikit meningkatkan nilai oktan. Angka oktan yang tinggi secara langsung akan meningkatkan efisiensi kerja mesin modern. Keuntungan lain penggunaan ethanol sebagai bahan bakar adalah rendahnya emisi gas berbahaya hasil pembakaran daripada pembakaran buang bensin.

C.   FERMENTASI
Fermentasi merupakan perubahan kimia dalam bahan pangan yangdisebabkan oleh enzim. Enzim yang berperan dapat dihasilkan oleh mikroorganisme atau enzim yang telah ada dalam bahan pangan (Buckle, K. A., 1985).
Fermentasi merupakan suatu proses pemecahan karbohidrat dan asam amino secara anaerobik, yaitu tanpa melibatkan oksigen. Senyawa yang dapat dipecah dalam proses fermentasi adalah karbohidrat, sedangkan asam amino hanya dapat difermentasi oleh beberapa jenis bakteri saja (Fardiaz, 1984).
Fermentasi dapat meningkatkan nilai gizi suatu bahan pangan yang berkualitas rendah serta berfungsi dalam pengawetan bahan pangan dan merupakan suatu cara untuk menghilangkan zat antinutrisi atau racun yang terkandung dalam suatu bahan pangan. (Satiawihardja, 1992).
Dalam pengolahan asam asetat, terjadi 2 kali fermentasi yaitu :
a.         Fermentasi pembentukan alkohol dengan yeast Saccharomyces cerevisiae. Pada fermentasi ini terjadi perombakan glukosa menjadi alkohol dan gas CO2 dengan reaksi sebagai berikut :
n C6H12O6                           2C2H5OH + 2CO2
                                      (n glukosa)                                         (etanol + karbondioksida)
Reaksi yang terjadi pada fermentasi ini yaitu secara anaerob..Etanol yang diperoleh maksimal hanya sekitar 15%. Untuk memperoleh etanol 95% dilakukan prosses destilasi (Rizka, 2013).
b.    Fermentasi perubahan alkohol menjadi asam asetat oleh Acetobacter aceti.                                             Reaksi pembentukan asam asetat dituliskan sebagai berikut :
2C2H5OH                2CH3COOH + 2H2O+ 116 kal
           (etanol)                                                             (asam asetat + air + kalori)                    (Rizka, 2013).

D.   BAKTERI YANG DIGUNAKAN DALAM PEMBUATAN ASAM ASETAT
Dalam pengolahan vinegar, terjadi 2 kali fermentasi yaitu, fermentasi pembentukan alkohol dengan yeast Saccharomyces cerevisiae dan fermentasi perubahan alkohol menjadi asam asetat dan air dengan bakteri Acetobacter aceti.
a.             Saccharomyces cerevisiae
Saccharomyces cerevisiae merupakan khamir sejati yang tergolong eukariot yang secara morfologi hanya membentuk blastospora berbentuk bulat lonjong, silindris, oval atau bulat telur yang dipengaruhi oleh adanya strainnya. Khamir dapat berkembang biak dalam gula sederhana, seperti glukosa maupun gula kompleks disakarida yaitu sukrosa . (Marx, 1991).

Selain itu untuk menunjang kebutuhan hidup diperlukan oksigen, karbohidrat dan nitrogen.Pada uji fermentasi, gula-gula mempunyai reaksi positif pada gula dekstrosa, galaktosa, sukrosa, maltose, rafinosa, trehalosa dan negative pada gula laktosa (Marx, 1991).

Saccharomyces cerevisiae adalah salah satu bakteri yang digunakan dalam proses pembuatan vinegar, dimana bakteri ini berperan mengubah glukosa menjadi alkohol. Saccharomyces cerevisiae dapat bertunas sehingga membentuk rantai sel yang menyerupai hifa atau hifa semu. Saccharomyces cerevisiae dapat berkembang biak secara seksual dan aseksual (Marx, 1991).

b.             Acetobacter aceti
Acetobacter aceti adalah bakteri yang digunakan dalam fermentasi tahap ke-2 pada proses pembuatan vinegar, dimana bakteri ini berfungsi untuk merubah alkohol menjadi asam asetat. Acetobacter adalah sebuah genus bakteri asam asetat yang ditandai dengan kemampuan untuk mengubah etanol menjadi asam asetat dengan adanya oksigen. Ada beberapa spesies dalam genus ini, tetapi semua Acetobacter dikenal dengan kemampuan yang khas (Philip G.O dan William P.A., 2000).

Acetobacter aceti memiliki ciri-ciribentuk sel bulat memanjang, respirasi aerobik, dapat tumbuh sampai suhu 30oC, serta mampu menghasilkan asam asetat. Acetobacter aceti merupakan gram negatif untuk kultur yang masih muda, gram positif untuk kultur yang sudah tua, obligat aerobik, membentuk batang dalam medium asam, sedangkan dalam medium alkali berbentuk oval, bersifat non mortal dan tidak membentuk spora, tidak mampu mencairkan gelatin, tidak memproduksi H2S, tidak mereduksi nitrat dan thermal death point pada suhu 65-70°C. Biasanya ukuran 0,6-0,8 x 1,0-4,0 μm. Acetobacter terdapat dibeberapa buah seperti anggur dan buah-buah yang telah membusuk. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa genus Acetobacter mampu diisolasi dari suspensi campuran berupa buah cherry, apel, kurma, palm, kelapa, beberapa bunga dan masih berpotensi pada bahan-bahan yang lain (Waluyo, 1984).
Pada fermentasi alkohol diperlukan mikroba yang dapat memecah gula, sehingga proses fermentasi dapat berlangsung. Setelah alkohol terbentuk, alokohol tersebut akan dioksidasi oleh Acetobacter dan menjadi asam asetat. Proses perubahan alkohol menjadi asam asetat di sebut sebagai proses asetifikasi (Waluyo, 1984).
E.   ASAM ASETAT
Asam asetat merupakan salah satu produk industri yang banyak dibutuhkan di Indonesia. Asam asetat dapat dibuat dari substrat yang mengandung alkohol, yang diperoleh dari berbagai macam bahan seperti buah buahan, kulit nanas, pulp kopi, dan air kelapa. Hasil dari fermentasi asam asetat sering disebut sebagai vinegar yang berarti sour wine. Vinegar berasal dari bahasa Perancis, vindiger (vin=wine, digger=sour). Pada saat ini cuka atau vinegar dibuat dari bahan kaya gula seperti buah anggur apel, nira kelapa, malt, gula sendiri seperti sukrosa dan glukosa, dimana pembuatannya melibatkan proses fermentasi alokohol dan fermentasi asetat secara berimbang. Komposisi vinegar tergantung dari bahan baku, proses fermentasi menjadi alkohol dan fermentasi alkohol menjadi asam cuka, pengeraman, serta penyimpanan. Asam cuka mengandung 4 gram vinegar dalam 100 ml, pada suhu 20oC. Dalam proses fermentasi asetat memerlukan pembiakan murni Acetobacter yang disebut juga dengan starter (Tjokroadikoesoemo, 1993).
Asam asetat adalah senyawa berbentuk cairan, tidak berwarna, mempunyai bau yang menyengat dan memiliki rasa asam yang tajam sekali. Berat jenis asam asetat adalah 1,049 kjg/liter, sedangkan titik didihnya pada tekanan 1 atmosfer adalah 118,10C.Bahan ini larut di dalam air, alkohol, gliserol dan eter, tetapi asam cuka tidak larut dalam karbon disulfida.Suhu perapian asam asetat adalah 4270C dan meledak pada batas terendah (explosion limits) sebesar kurang dari 4% volume udara (Puturau, 1982).
 Asam asetat dapat dihasilkan dari senyawa C2H5OH (etanol) atau buah buahan yang mengandung senyawa tersebut melalui proses oksidasi biologis yang menggunakan mikroorganisme (Tjokroadikoesoemo, 1993).



Asam asetat digunakan untuk keperluan rumah tangga, industri dan kesehatan, seperti sebagai bahan penyedap rasa, bahan pengawet untuk beberapa jenis makanan dan merupakan pengawet makanan secara tradisional, pembuatan obat-obatan (aspirin), bahan dasar pembuatan anhidrida asam asetat yang sangat penting yang diperlukan untuk asetilasi, sebagai bahan dasar untuk pembuatan banyak persenyawaan lain (amil asetat, asetil klorida,dll), dibidang industri karet untuk menggumpalkan karet dan 0,3 % asam asetat dapat mencegah pertumbuhan kapang penghasil mikotoksin. (Tjokroadikoesoemo, 1993).
Sifat Fisika Asam Asetat
Sifat fisika dari asam asetat adalah berbentuk cairan jernih, tidak berwarna, berbau menyengat, pH asam, memiliki rasa masam yang sangat tajam, mempunyai titik beku 16,6oC, titik didih 118,1oC dan larut dalam air, alkohol dan eter. Asam asetat dibuat dengan fermentasi alkohol oleh bakteri Acetobacter aceti. Asam asetat mempunyai rumus molekul CH3COOH dengan bobot molekul 60,05 (Depkes RI, 1995).
Sifat Kimia Asam Asetat
Sifat kimia yang dimiliki asam asetat adalah menguap di udara terbuka, mudah terbakar, dan dapat menyebabkan korosif pada logam. Asam asetat jika direaksikan dengan karbonat akan menghasilkan karbondioksida. Penetapan kadar asam asetatnya biasanya menggunakan basa natrium hidroksida, dimana 1 ml natrium hidroksida 1N setara dengan 60,05 mg CH3COOH (Depkes RI, 1995).
F.    TITRASI ASAM BASA
Titrasi adalah poses mengukur volme larutan yang terdapat dalam buret yang ditambahkan ke dalam larutan lain yang diketahui volumenya sampai terjadi reaksi sempurna. Titrasi ini diterapkan untuk memperoleh peraksi atau larutan yang konsentrasinya yang tidak dapat dipastiakan dari proses pembuatannya secara langsung dari zat padatnya.(Anugroho, 2009). 
Asidimetri adalah pengukuran konsentrasi asam dengan menggunakan larutan baku basa, sedangkan alkalimeteri adalah pengukuran konsentrasi basa dengan menggunakan larutan baku asam. Oleh sebab itu, keduanya disebut juga sebagai titrasi asam-basa. Titik dalam titrasi dimana titran yang telah ditambahkan cukup untuk bereaksi secara tepat dengan senyawa yang ditentukan disebut titik ekivalen. Titik ini sering itandai dengan perubahan warna senyawa yang disebut indikator. (Anugroho, 2009).
Dalam stoikiometri titrasi, titik ekivalen dari reaksi netralisasi adalah titik pada reaksi dimana asam dan basa keduanya setara, yaitu dimana keduanya tidak ada yang berlebihan. Dalam titrasi, suatu larutan yang akan dinetralkan, misal asam, ditempatkan di dalam flask bersamaan dengan beberapa tetes indikator asam basa. Kemudian larutan lainnya (misal basa) yang terdapat di dalam buret, ditambahkan ke asam. Pertama-tama ditambahkan cukup banyak, kemudian dengan tetesan hingga titik ekivalen. Titik ekivalen terjadi pada saat terjadinya perubahan warna indikator. Titik pada titrasi dimana indikator warnanya berubah disebut titik akhir. Perbedaan titik akhir dan titik ekivalen disebut sebagai kesalahan titik akhir. Kesalahan titk akhir adalah kesalahan acak yang berbeda untuk setiap sistem. Kesalahan ini bersifat aditif dan determinan dan nilainya dapat dihitung dengan menggunakan metode potensiometri dan konduktometri, kesalahan titik akhir ditekan sampai nol (Anugroho, 2009).
·                Penentuan kadar NaOH
Pada penentuan kadar NaOH  larutan yang digunakan sebagai larutan baku primer adalah H2C2O4. 2H2O (asam oksalat dihidrat). Asam oksalat adalah zat padat , halus, putih, larut baik dalam air. Asam oksalat adalah asam divalent dan pada titrasinya selalu sampai terbentuk garam normalnya. berat ekivalen asam oksalat adalah 63(Anugroho, 2009).

Larutan baku sekunder adalah larutan baku yang konsentrasinya harus ditentukan dengan cara titrasi terhadap larutan baku primer. Pada percobaan kali ini larutan yang digunakan sebagai larutan baku sekundere adalah NaOH. Larutan NaOH tergolong dalam larutan baku sekunder yang bersifat basa. Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. NaOH bersifat lembab cair dan secara spontan menyerap karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan(Anugroho, 2009).

Indikator asam basa sebagai zat penunjuk derajat keasaman kelarutan adalah senyawa organik dengan struktur rumit yang berubah warnanya bila pH larutan berubah. Indikator dapat pula digunakan untuk menetapkan pH dari suatu larutan. Indikator merupakan asam lemah atau basa lemah yang memiliki warna cukup tajam, hanya dengan beberapa tetes larutan encer-encernya, indikator dapat digunakan untuk menetapkan titik ekivalen dalam titrasi asam basa ataupun untuk menentukan tingkat keasaman larutan. Pada percobaan kali ini indikator yang akan digunakan adalah indikator phenolphtalein atau sering disebut dengan indikator PP. Indikator PP memiliki warna asam tak berwarna, rentang pH perubahan warna antara 8,3 – 10,0  dan warna basa merah(Anugroho, 2009).
C2H2O4 (aq) + 2 NaOH(aq) –> Na2C2O4 (Aq)+ H2O(l)
·                Penentuan kadar asam asetat
            Penentuan kadar CH3COOH  cara alkalimetri ini menggunakan larutan NaOH sebagai larutan standar basa atau titrasi basa. Pada titrasi asam asetat dengan NaOH sebagai larutan standar akan dihasilkan garam yang berasal dari asam lemah dan basa kuat menggunakan indikator PP, dengan persamaan sebagai berikut:

NaOH (aq) + CH3COOH (aq) → CH3COONa (aq) + H2O (l)

BAB III
METODELOGI PENELITIAN

A.   JENIS PENELITIAN
Jenis penelitian yang digunakan adalah eksperimen penentuan kadar CH3COOH dari pembuatan asam asetat skala laboratorium dari tetes tebu.
B.   POPULASI DAN SAMPEL
Sampel yang digunakan adalah tetes tebu yang diperoleh dari daerah Bantul, Yogyakarta dengan pembelian dalam jumlah literan tanpa merk karena melimpahnya tetes tebu disana.
Hari
Tanggal

C.   TEKNIK PENGAMBILAN DATA
Teknik pengambilan data yang diambil sebagai berikut :
a.         Alat dan Bahan
No
Nama Alat
Ukuran
Spesifikasi
Jumlah
1
Gelas kimia
100 mL
Grade B
Satu buah
2
Gelas kimia
250 mL
Grade B
Satu buah
3
Gelas kimia
500 mL
Grade B
Satu buah
4
Termometer
-
Grade B
Satu buah
5
Botol plastik bekas
600 mL
Baik
Satu buah
6
Botol fermentasi
1500 mL
Baik
Satu buah
7
Selang
40 cm
Baik
Dua  buah
8
Penyumbat lubang 2
-
Baik
Satu buah
9
Batang pengaduk
-
Baik
Satu buah
10
Spatula
-
Baik
Satu buah
11
Plastik
kemasan 300 gram
Baik
Tiga  buah
12
Karet gelang
-
Baik
Tiga  buah
13
Sedotan
-
Baik
Dua  buah
14
Labu destilasi
... mL
Baik
Satu buah
15
Pendingin liebig
-
Baik
Satu buah
16
Neraca analitik digital
-
Baik
Satu buah
17
Gelas arloji

Baik
Empat  buah
18
Labu ukur
100 mL
Baik
Satu buah
19
Labu ukur
200 mL
Baik
Satu buah
20
Erlenmeyer
300 mL
Baik
Satu buah
21
Corong
-
Baik
Satu buah
22
Pipet volum
15 mL
Baik
Empat  buah
23
Buret
50 mL
Baik
Satu buah
24
Klem
-
Baik
Satu buah
25
Statif
-
Baik
Satu buah
26
Pipet tetes
-
Baik
Empat  buah

No
Nama bahan
Spesifikasi
Konsentrasi
Jumlah
1
Tetes tebu
Lokal
-
175 mL
2
Akuades
Lokal
-
325 mL
3
Fermipan
Lokal
-
½ bungkus
4
Air hangat
Lokal
-
Secukupnya
5
NPK
Lokal
-
1 gram
6
Urea
Lokal
-
5 gram
7
Acetobacter acetii
p.a
-
10% dari jumlah etanol yang terbentuk
8
NaOH
p.a

0,4 gram
9
C2H5O4. 2H2O
p.a

0,2 gram
10
Indikator PP
-
-
Satu buah
b.         Preparasi bahan
·         Menyiapkan tetes tebu sebanyak 87,5 mL yang berasal dari daerah Bantul, Yogyakarta.
·         Menimbang 0,4 gram NaOH p.a
·         Menimbang 200 mg asam oksalat dihidrat

c.         Proses pembuatan etanol
·         Menyiapkan tetes tebu sebanyak 87,5 mL lalu dicapur dengan akuades 162,5 mL lalu diaduk hingga homogen.
·         Membuat biakan fermipan
Air hangat 50 mL ditambahkan dengan 1/2 bungkus fermipan lalu diaduk sampai homogen dan didiamkan sampai mengembang
·         Menyiapkan reaktor
                        Menyiapkan  botol bekas air mineral 600 mL, mengisi dengan air sampai 3/4 bagian lalu menutup botol belas dengan plastik, diberi karet agar tidak lepas lalu mencoblos plastik dengan selang yang sudah disambungkan dengan reaktor, serta sedotan yang mengambang diantara larutan dan plastik
·         Memfermentasi tetes tebu
                        Menuang larutan tetes tebu ke dalam reaktor lalu menambahkan akuades 162,5 mL, menambahkan NPK 1 gram dan Urea 5 gram, memasukkan biakan fermipan lalu dikocok sampai homogen.
·         Mendiamkan sampai selang dalam botol mengeluarkan gelembung CO2 dan mengamati berapa lama reaksi berlangsung (± 1 minggu)





d.        Pemurnian etanol
·      Merangkai seperangkat alat destilasi
·      Menuang alkohol hasil fermentasi ke dalam labu destilasi
·      Mendestilasi alkohol hasil fermentasi dengan seperangkat alat destilasi pada suhu dibawah titik didih etanol 80oC
·      Menampung etanol yang dihasilkan dalam erlenmeyer lalu disimpan dalam wadah yang ditutup rapat

e.         Pembuatan asam asetat
                        Menambahkan 10% Acetobacter acetii dari volume total alkohol yang terbentuk, mendiamkan selama 1 minggu.
f.          Standarisasi NaOH
·         Menimbang 0,4 gram NaOH dalam gelas arloji, memasukkan ke dalam labu ukur 200 mL dan dipepatkan sampai tanda batas
·         Menimbang 200 mg asam oksalat dihidrat dan dilarutkan dengan akuades dalam labu ukur 100 mL sampai volume tepat tanda
·         Memipet 15 mL larutam asam oksalat, dimasukkan erlenmeyer dan ditambah 2 tetes indikator PP, kemudian dititrasi dengan larutan NaOH sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda
·         Titrasi diulangi 2-3 kali
·         Menghitung NaOH hasil standarisasi

g.         Analisis penentuan kadar CH3COOH dalam asam asetat
·      Diambil 10 mL asam asetat, dipepatkan sampai 200 mL menggunakan akuades dalam labu ukur, digojok sampai homogen
·      Memipet asam asetat sebanyak 5 mL lalu dimasukkan ke dalam erlenmeyer
·      Ditambah 2 tetes indikator PP
·      Menitrasi dengan larutan NaOH 0,05 N yang sudah distandarisasi sebelumnya sampai terjadi perubahan warna menjadi merah muda
·      Mengulangi titrasi 2-3 kali.


















D.   ANALISIS DATA

Perhitungan nomalitas NaOH
VNaOH . N NaOH   =   V asam oksalat . N asam oksalat



Perhitungan kesalahan relatif
100%


% kadar CH3COOH =  x 100%















DAFTAR PUSTAKA

Buckle, K.A,. 1985. Dalam Jurnal Endang Kwartiningsih 2005 “Fermentasi Sari Buah Nanas Menjadi Vinegar”. Fakultas Teknik. Jurusan Teknik Kimia.UNS.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia, Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.
Fardiaz, Winarno. 1984.Biofermentasi dan Biosintesa Protein. Angkasa.Bandung.
Marx, Jean, L. 1991. Revolusi Bioteknologi. Terjemahan : Wilder Yahm. Edisi I. Cetakan I. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta.
Philip, G .O and Williams, P. A. 2000. Handbook of Hydrocolloids. Cambridge. Woodhead Publishing Limited.
Puturau. 1982. Dalam Jurnal Sir Ossiris 2009 “Dasar-dasar Fermentasi. ITPUB. Malang.
Rizka. 2013. Macam-macam Asam Asetat Berdasarkan Metode Fermentasinya. www. wordpress.com. Diakses : 14 Agustus 2014.
Satiawihardja, I. 1992. Dasar Fermentasi. Laboratorium Mikrobiologi dan Teknologi Fermentasi.Jurusan Teknik Kimia ITB. Bandung.
Tjokroadikoesoemo, P.S. 1993. HFS (High Fructose Syrup) dan Industri Ubi Kayu Lainnya. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Waluyo, S. 1984. Beberapa Aspek Tentang Pengolahan Vinegar. Dewa Ruci Press. Jakarta.
https://id.wikipedia.org/wiki/Molase.  Diakses pada tanggal 11 Oktober 2017  jam  01:09 PM
https://www.academia.edu/21748505/MAKALAH_KIMIA_INDUSTRI_ETANOL_ALKOHOL_Oleh_Kelompok_3_Tiga?auto=download Diakses pada tanggal 17 Oktober 2017  jam 12:11 AM
https://media.neliti.com/media/publications/101022-ID-produksi-etanol-dari-tetes-tebu-oleh-sac.pdf  Diakses pada tanggal 11 Oktober 2017 jam 1:59 PM
https://www.academia.edu/11644476/Penentuan_Kadar_Asam_Asetat_dalam_Cuka_Makan_titrasi_asam_basa_ Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017 jam 12:36 PM
https://superakhwat08.wordpress.com/2011/04/23/menetapkan-kadar-asam-asetat-cuka-ch3cooh-dengan-naoh-0-1-n/ Diakses pada tanggal 27 Oktober jam 12:36 PM
(Anugroho,2009 standarisasi-larutan-naoh) http://jawigo.blogspot.co.id/2009/12/standarisasi-larutan-naoh.html  Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017 jam 12:27 PM
https://id.wikipedia.org/wiki/Alkalimetri Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017 jam 12:20 PM
https://laporan-kimia-analisis.blogspot.co.id/2011/06/laporan-resmi-praktikum-alkalimetri.html  Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017 jam 12:20 PM 12:13 PM
http://intanmilasary.blogspot.co.id/2015/12/praktikum-kimia-dasar-titrasi-naoh.html  Diakses pada tanggal 27 Oktober 2017 jam 12:03 PM 
http://fitriisusan.blogspot.co.id/2011/04/pembuatan-asam-asetat-dengan-proses.html  Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017 jam 13:40 PM 
http://www.stembayo.or.id/ Diakses pada tanggal 30 Agustus 2017 jam 11:29 PM



























BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.   KADAR

B.   AROMA
       Berdasarkan pada saat praktikum menunjukkan tidak adanya pengaruh pada lama fermentasi, konsentrasi inokulum Acetobacter aceti, dan interaksi dari keduanya terhadap warna yang dihasilkan oleh vinegar tetes tebu. Menurut Kumalaningsih (2006), bahwa senyawa antosianin dalam asam asetat paa suasana asam,tampak merah, saat pH meningkat menjadi lebih biru. Menurut Mudanifah (2007),produksi hasil fermentasi akan berpengaruh terhadap kestabilan antosianin,sebab antosianin bersifat lebih stabil pada pH 1 sampai 4. Antosianin dalam medium cair berada dalam keseimbangan antara empat bentuk utama antosianin yang masing-masing berbeda struktur dan penampakan warnanya pada larutan dan sangat tergantung pada pH. Bentuk kation (ion flavilium) yang berwarna merah adalah bentuk yang paling stabil dan dominan pada pH rendah.Karenna itulah warna asam asetat yang kami hasilkan berwarna merah kecoklatan
C.   WARNA
        Menurut Kumalaningsih (2006), bahwa senyawa antosianin dalam asam asetat pada suasana asam,tampak merah, saat pH meningkat menjadi lebih biru. Menurut Mudanifah (2007),produksi hasil fermentasi akan berpengaruh terhadap kestabilan antosianin,sebab antosianin bersifat lebih stabil pada pH 1 sampai 4. Antosianin dalam medium cair berada dalam keseimbangan antara empat bentuk utama antosianin yang masing-masing berbeda struktur dan penampakan warnanya pada larutan dan sangat tergantung pada pH. Bentuk kation (ion flavilium) yang berwarna merah adalah bentuk yang paling stabil dan dominan pada pH rendah.Itulah yang menyebabkan warna asam asetat yang kami hasilkan berwarna merah kecoklatan karena berada pada pH rendah














BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.   KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
a.    Konsentrasi inokulum Acetobacter aceti yang ditambahkan berpengaruh terhadap kadar asam asetat, serta tidak berpengaruh terhadap warna, aroma, dan rasa dari vinegar tetes tebu.
b.    Lama fermentasi berpengaruh terhadap kadar asam asetat, kadar alkohol, rasa vinegar ttes tebu, serta tidak berpengaruh terhadap warna, dan aroma dari vinegar tetes tebu.
c.    Interaksi konsentrasi inokulum Acetobacter aceti dan lama fermentasi berpengaruh terhadap kadar asam asetat, kadar alkohol dari vinegar tetes tebu, tetapi tidak berpengaruh terhadap warna, aroma, dan rasa vinegar tetes tebu.
B.   SARAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat dikemukakan saran sebagai berikut :
a.    Perlu dilakukan proses fermentasi dengan menggunakan fermentor dengan adanya agitasi selama fermentasi berlangsung sehingga asam asetat yang dihasilkannya pun lebih baik.
b.    Perlu dilakukan pengujian lanjut terhadap cemaran mikroba dan logam pada vinegar tetes tebu agar produk lebih aman lagi bila akan digunakan untuk konsumsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar